TAMBANG VS STATUS QUO KABAENA

TAMBANG VS STATUS QUO KABAENA

Kabaena atau  lebih tepatnya pulau kabaena dalam tulisan ini akan merupakan penggambaran kehidupan masyarakat didalamnya saat ini yang telah mengalami perkembangannya melalui proses panjang. Sejarahlah yang menunjukkan bagaimana sistem kemasyarakatan dengan struktur ekonomi, sosial dan politiknya. Akan diungkap pula mengapa perkembangan masyarakat kabaena mengikuti arah yang berubah-ubah penuh ketidakpastian. Dalam perspektif historis yang ditonjolkan adalah soal proses, akan tetapi tidak dapat terlepas dari sistem atau struktur yang merupakan landasannya sehingga dapatlah dicapai keseimbangan dengan kedudukan otomi daerah saat ini.
Konsep otonomi daerah yang dihembus oleh reformasi dan demokrasi yang mendapat label legal dari GUSDUR disambut baik oleh masyarakat kabaena adalah fase progresif dengan melalui fase-fase politik yang harus dibayar dengan hilangnya sebagian pulau kabaena bagian selatan (Wulu, Talaga) dan sekitarnya, yang sampai saat ini dieksploitasi oleh insvestor pertambangan. Sifat masyarakat kabaena yang pluralistis dalam berbagai aspek kehidupan tidak menimbulkan kesulitan untuk menyusun kesatuan-kesatuan yang komprehensif dan utuh, selama proses sejarah ditampilkan dalam aspek politiknya, meskipun inter-relasinya dengan aspek lain tidak boleh diabaikan. Langkah utama dalam usaha rekonstruksi mau tak mau sorotanya adalah kepemimpinan dan politik karena pertanyaannya yang harus dijawab adalah “bagaimana telah terjadi ?”. Dan menjadi pemegang kunci menyusun kabaena menjadi makmur. Artinya diperlukan terobosan pasar ekonomi yang sesuai tatanan perekonomian masyarakat dan berbasis kerakyatan. Kalau sejarah nerlando-sentris memakai ukuran peranan VOC sebagai pemersatu dalam menulis sejarah Hindia-Belanda sebagai cerita yang koheren maka tambang merupakan penakaran yang digunakan sebagai kriteria integrasi masyarakat kabaena dalam menghadapi kesulitan ekonomi. Kalau pendekatan tersebut diatas digunakan dengan konsisten antara lain dengan menyeleksi secara logis, dengan sendirinya akan terjawab kesejahteraaan masyarakat kabaena mudah di capai walaupun tanpa tambang. Lagi pula yang menarik saat ini adalah pro atau kontra tambang mengundang benih-benih disintegrasi, perpecahan tidak hanya terjadi karena perbedaan ideologi tetapi juga karena kepentingan ekonomi, loyalitas terhadap tradisi atau keluarga.
Kenyataan bahwa dengan prototipe tambang yang ada sekarang mengindentifikasikan gejala kearah itu. Sebagai faktor eksogen, kedatangan tambang dikabaena membawa kegoncangan dalam sistem yang lama. Bagaimana reaksi, adaptasi, dan penolakan terhadap unsur eksogen itu, hanya waktulah yang dapat mengungkap keaneka warnaan itu. Telah menjadi hukum alam bahwa eksistensi unsur luar atau baru selalu merusak status quo, yang merupakan kebanggaan masyarakat kabaena, wallahualam…


ALIANSI MASYARAKAT ANTI TAMBANG

0 Response to "TAMBANG VS STATUS QUO KABAENA"

Posting Komentar